Senin, 28 Januari 2019

PEMANDIAN AIR PANAS IE SEUUM

Pemandian Air Panas Ie Seuum

Di Aceh, terdapat sumber pemandian air panas tepatnya didaerah Ie Seuum, Kecamatan Masjid Raya. Tidak jauh dari kota Banda Aceh dengan menyusuri jalan Malahayati.

Sesampai di lokasi, anak-anak asyik membawa telur. Ternyata telur hasil rebusan air panas. Banyak gubuk berdiri di sekitar pemandian.

Kami mandi di kolam yang terletak di bawah sumber air panas. Terlihat WC tidak terawat. Seperti tempatnya belum dikelola dengan maksimal.

Air panas berasal dari pegunungan Seulawah. Nampak di sekitar lokasi mengalir air panas yang mengalir disertai kepulan asap.

Panaaasss! tangan terasa panas ketika saya mencoba mengambil air.

Jangan lupa! beli rambutan. Rasanya enak dan makyus.

Jumat, 18 Januari 2019

MENJELAJAH SUMBER AIR DI MATA IE ACEH

12 Januari 2019
Tiga serantau menjelajah sumber air di Mata Ie Aceh.

Tidak jauh dari kota Banda Aceh, terdapat sumber mata air yang sangat jernih. Wanitanya masih mencuci pakaian di sungai. Alamnya masih asri nan hijau. Udaranya sangat sejuk.

Tiga serantau berangkat siang hari. Sampai di Mata Ie pada waktu Dzuhur. Mereka sholat di Masjid Keramat di dekat aliran sungai.  Kata orang penduduk di situ, ada hal aneh terjadi di masjid itu. Seorang nenek tua melakukan wudhu dan sholat di masjid itu pada waktu Subuh. Suara gemercik air wudhu terdengar tetapi tidak kelihatan orangnya. Ketika sholat Subuh ia terlihat. Namun jika dilihat lagi ia sudah tidak berada di tempatnya. Jika tersenggol olehnya badan terasa gatal. Begitu ceritanya.

Pada mulanya Pardi tidak mau ikut bermain air. Karena melihat teman-temanya asyik main air, ia mencebur juga. Air mengalir deras. Permainan menyelam di air terjun sungguh enak. Airnya dingin.
Kelamaan bermain air, waktu sore. Monyet mulai turun dari gunung.

Selanjutnya mereka makan indomie original. Di Aceh, orang harus tanya dulu sebelum memesan mie. Jangan sampai ia sudah memesan tetapi tidak sesuai pesanan yaitu Indomie rasa Aceh.

Sebelum pulang, mereka memesan oleh-oleh kopi Teuku buatan warga Mata Ie.

Kamis, 17 Januari 2019

Tiga Serantau Menjelajah Aceh (Bagian I)

Tiga Serantau Menjelajah Aceh (Bagian I)

30 September 2018
Anton, Pardi, dan Yadi baru menerima surat keputusan  untuk bertugas di daerah Aceh. Mereka harus rela meninggalkan keluarga, tetangga, dan teman-temannya. Mereka akan menuju daerah yang dahulu terkena tsunami tahun 2004, tempat daerah operasi militer, dan daerah yang paling ujung barat Indonesia.

14 Oktober 2018
Mereka sudah memesan tiket pesawat batik air lima hari sebelum keberangkatan. Ada isak tangis istri dan anak menyertai mereka. Pukul 14.00 mereka sudah berkumpul di bandara Soekarno Hatta. Selamat tinggal Jakarta. Doakan semoga mereka selamat sampat tujuan.
Hampir 3 jam mereka sudah mendarat di Bumi Serambi Mekah. Sebelumnya mereka sudah menghubungi temannya yang lebih dahulu di Aceh. Selamat Datang di Aceh.
"Makan dulu, yuk!" ajak Anton.
"Makan mie  Aceh aja," sahut Pardi
"Nasi goreng sepertinya enak," sahut Yadi.
"Kita makan di Daus tinggal pilih," saran Febri.

Magrib disini hampir jam 6.30. Suara alunan ayat suci Al Qur'an sayup-sayup terdengar. Aceh menerapkan syariat Islam. Orang yang ketahuan berduaan tanpa surat nikah akan dihukum cambuk. Orang yang berpakaian tak sopan akan ditangkap oleh polisi WH.

Sampai juga di tempat warung makan. Ramai sekali. mereka nasi goreng, mie goreng, dan minuman kopi khas Aceh.
Dimana-mana terlihat kedai kopi. Disini harus membiasakan minum kopi. Kopi sanger mantap.
Setelah mengobrol dan menikmati makanan minuman, mereka menuju Wisma. Selamat Istirahat

15 Oktober 2018
Subuh disini jam 05.15. 
Hari pertama mereka bekerja. Kantornya terletak di Jalan Tgk Chik Ditiro, Banda Aceh.