Kamis, 29 Agustus 2013

BERUBAHNYA POLA KOMUNIKASI



Satu keluarga sedang mudik ke kampung halaman. Seharusnya perjalanannya menyenangkan. Karena gara-gara anggota keluarga asyik dengan HP masing-masing, perjalanannya menjadi terganggu.

Jalan ke Yogya memang jalannya lurus. Kita akan melewati Purwokerto, Kebumen, Purworejo.Kulon Progo, dan Wates. Tentu ada papan petunjuk jalan yang harus diperhatikan.
“Ada papan petunjuk, kita ke arah mana, ya?” Tanya orang yang menyopir. “Luruuus!” jawabnya.

Ketika telah menempuh jarak 15 km, ada papan petunjuk lagi. “Ke arah mana kita?” Tanya orang yang menyopir. “Luruus!” jawabnya sambil memainkan handphone dengan asyiknya.

Ketika jarak 40 km ada papan petunjuk lagi. “Ke arah mana kita?” Tanya orang yang menyopir. Dengan geram ia menjawab dengan ketus, lurus saja!”. Kenapa kamu menanyakan hal itu, berulang-ulang.

“Dulu ketika handponemu tidak secanggih ini, kamu terus memandu jalan. Lurus Purworejo. Kiri jalan arlternatif, kanan Pantai Ayah. Setiap ada petunjuk, kamu baca. Saya sabar mendengarkannya. Tetapi sekarang setelah mempunyai handphone bagus, engkau asyik dengan handphonemu itu,” sergah pernyataan sopir itu.

Sejak adanya ponsel membanjiri kita di mana-mana, pola komunikasi sebagian pemakai HP berubah. Ada semacam pergeseran komunikasi besar yang terjadi di masyarakat. Kita makin asyik bicara dengan yang jauh dan mengabaikan orang di samping kita.

Sebulan yang lalu saya pulang ke kampung di daerah Yogya. Saya melihat satu keluarga dalam mobil asyik bicara dengan ponsel masing-masing. Tentang lagu, pekerjaan, asmara, small talk, dan seterusnya.

Setelah percakapan telepon berhenti, si perempuan itu memencet nomor baru. Bicara lagi. Saudara-saudaranya pun melakukan hal yang sama. Bicara dengan teman yang jauh di seberang sana.

Saya asyik menyopir sembari menikmati pemandangan yang kiri dan kanan jalan. keluarga yang duduk satu meja, berdekatan, itu tidak terlihat omong-omong di antara mereka. Lebih suka sibuk dengan ponselnya sendiri-sendiri.

Saya bayangkan orang itu bertemu dengan temannya. Akankah mereka omong-omong, diskusi, tukar pikiran? Saya ragu. Budaya seluler sudah mengubah pola interaksi dan komunikasi antarmanusia modern.

Maka, saya bayangkan orang itu, meski nyaris berdekatan dengan temannya, ia akan pencet nomor hape untuk bicara dengan orang jauh. Sang teman pun akan melakukan ritual yang sama. Kedekatan fisik tak lagi mendorong komunikasi.
 
Sampai mana ini kan terjadi?