Sabtu, 05 Oktober 2013

HAI SHANGHAI



Pada hari Minggu pagi yang cerah bulan September saya berkesempatan jalan-jalan di kota Shanghai bersama  para mahasiswa Internasional dari Universitas Maritim Shanghai. Berangkat naik bus pukul 09.00. Di balik jendela bus, saya melihat pemandangan yang indah. Kemegahan gedung-gedung tinggi berjajar, jalanan bersih, jembatan layang yang tersusun rapi, CCTV yang terpasang di setiap sudut, dan mobil-mobil bagus yang melintas. Saya melihat  payung berukuran raksasa yang  jatuh di tengah bunderan kota. Hal ini mengingatkanku seperti bunderan Hotel Indonesia.
Cuacanya panas kira-kira berkisar 35-380 celcius. Setiap wanita membawa payung untuk berlindung dari sinar matahari yang menyengat. Tapi lebih panas di Jakarta. Di Shanghai masih ada angin sepoi-sepoi yang sedikit mengurangi teriknya matahari.
Shanghai merupakan kota terbesar Republik Rakyat China dan terletak di tepi delta Changjiang. Kota Shanghai telah menjelma menjadi pusat ekonomi, perdagangan, finansial dan komunikasi terpenting Cina.
Kunjungan pertama saya adalah Shanghai World Financial Tower (SWFT), sebuah bangunan pusat keuangan dunia yang menjulang tinggi. Kami harus mengantri masuk. Gedung Pusat Keuangan Dunia di Shanghai yang terletak di Pudong New Area berdiri menjulang dengan tinggi 474 meter berlantai 97. Pengunjung dapat melihat dari atas daerah di sekitarnya karena gedungnya transparan. Untuk masuk ke gedung ini, pengunjung dikenakan biaya 150 Yuan setara dengan Rp300 ribu.
Selain itu, terdapat menara Oriental Pearl atau Menara Mutiara Timur yang merupakan menara TV tertinggi di Shanghai. Menara ini didesain oleh Jia Huan Chen. Pengerjaannya dimulai tahun 1991 dan selesai tahun 1995. Menara seperti jarum pentul ini memiliki ketinggian 468 meter. Pengunjung dikenakan biaya 160 Yuan.
Bangunan unik yang lain, menara Jin Mao yang tingginya 420 meter. Jin Mao Tower selesai dibangun pada tahun 1999 dan meliputi area seluas 2,3 hektar dengan  arsitek Adrian D. Smith.  Menara pencakar langit ini merupakan gabungan unsur-unsur kebudayaan tradisional China dengan gaya arsitektur terbaru, yang membuatnya menjadi salah satu bangunan paling anggun yang dibangun di Cina.
Belum rasanya ke Shanghai kalau belum ke Huangpu River Cruise. Anda akan melihat keindahan Shanghai dari atas kapal cruise. Kapal ini berlantai 3. Kita melihat pemandangan dari kapal bangunan unik di sepanjang sungai. Huangpu River adalah cabang bagian hilir Sungai Yangtze. Sebelumnya dikenal sebagai Huangxiepu atau Chunshen River. Huangpu River Cruise merupakan program wisata tradisional.
Kapal pesiar ini meliputi kapal pesiar pendek (menavigasi wilayah tepi pantai utama antara Jembatan Yangpu dan Jembatan Nanpu ) dan kapal pesiar lengkap ( berkelok-kelok ke arah timur di sepanjang  jalur air emas, lebih dari jarak 60 kilometer atau 37 mil). Pelayaran dimulai dari Bund dan pergi hulu. Menuju selatan, membawa Anda untuk melihat Jembatan Nanpu, dan kemudian berbalik ke utara untuk pergi ke Jembatan Yangpu dan akhirnya mencapai Wusong Mulut (Wusongkou). Ketika air pasang  terjadi, Anda dapat melihat pemandangan yang luar biasa dari Three Waters Mingle Together - air biru keabu-abuan dari Sungai Huangpu, berwarna biru air dari Laut Cina Timur dan air berwarna kuning dengan lumpur dari Sungai Yangtze.

KEBUDAYAAN SHANGHAI
Saya memasuki Musium Shanghai yang mempunyai 5 lantai. Ada ruang seni kaligrafi China, Kerajinan suku China, Patung ribuan tahun silam, Keramik China, dan kain-kain jaman dulu.
Shanghai merupakan salah satu kota terbesar di China yang menjadi pusat budaya selama beberapa tahun terakhir ini. Selain itu, sejak diadakannya reformasi dan politik terbuka terhadap dunia luar pada tahun 1978, ekonomi Shanghai mengalami perkembangan sangat pesat, dan kembali menjadi pemimpin budaya di China. Kehidupan warga Shanghai baik dulu maupun sekarang merupakan tema menarik yang sering dijadikan bahan dalam novel, opera, film, dan sinetron.
Sutradara terkenal dari Hong Kong, Guan Jinpeng waktu kecil pernah hidup di Shanghai. Ia telah menyutradarai sejumlah film yang bertema kaum wanita Shanghai, misalnya film Ruan Lingyu tentang bintang film Shanghai yang terkenal Ruan Lingyu pada tahun 1930-an, Chang Henge yang mengekspresikan perasaan berliku-liku seorang wanita Shanghai selama 40 tahun, dan Mawar Merah dan Mawar Putih yang melukiskan istri dan kekasih dalam mata seorang laki-laki Shanghai.
Kota Shanghai yang terletak di bagian timur China merupakan sebuah kota yang bersejarah. Shanghai pertama-tama menjadi tanah konsesi banyak negara Barat pada awal abad lalu, dan kebudayaan Barat pun mulai memasuki China dari Shanghai, tempat berkumpulnya banyak pedagang dan petualang dari semua pelosok dunia. Ketika itu, Shanghai menjadi kota yang penuh dengan tempat hiburan, maka Shanghai juga dijuluki sebagai "Paris di Timur". Di Shanghai, kebudayaan dan adat istiadat dari berbagai negara berbenturan dan membentuklah kebudayaan yang unik. Warga Shanghai terkenal dengan gaya hidup kebarat-baratan, dan tradisinya yang mengejar trend dan mode diwariskan sampai sekarang.
Naik Apa? Habis Berapa?
Shanghai kini menjadi salah satu destinasi wisata dunia. Ada dua bandara internasional di Shanghai, Hongqiao Airport dan Pudong Airport. Bandara Hongqiao berkode SHA terletak di wilayah barat Shanghai, kira-kira 13 km dari Pusat Kota Shanghai. Sedangkan Bandara Pudong yang berkode PVG berlokasi di daerah Pudong, 30 km dari pusat kota Shanghai dan 40 km dari Bandara Hongqiao.
Garuda Indonesia menyediakan penerbangan langsung Jakarta-Shanghai. Sejumlah maskapai lain dapat dipilih untuk menuju ke sana. Misalnya, Air Asia yang mendarat dulu di Malaysia. Tiket satu orang, pulang pergi satu orang bulan September harganya mulai Rp 3juta-an.
Sarana transportasi sangat memadai. Cukup naik kereta “Metro” yang mempunyai 11 lintasan, kita bisa mengunjungi tempat-tempat favorit. Mau ke Museum Shanghai kita naik Metro line 1. Pergi ke Jin Mao Tower kita naik Metro Line 2. Mau ke Yu Garden kita naik Metro Line 8. Mau kendaraan cepat kita naik Maglev Train. Kecepatannya 500 km/jam, yang mana keretanya laksana terbang.
Masyarakat Shanghai menggunakan bahasa Mandarin dan banyak juga yang berbahasa inggris. Tak   perlu khawatir, bawa saja kamus mandarin untuk memperlancar komunikasi.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar