Pada hari
Minggu pagi yang cerah bulan September saya berkesempatan jalan-jalan di kota
Shanghai bersama para mahasiswa Internasional
dari Universitas Maritim Shanghai. Berangkat naik bus pukul 09.00. Di balik
jendela bus, saya melihat pemandangan yang indah. Kemegahan gedung-gedung
tinggi berjajar, jalanan bersih, jembatan layang yang tersusun rapi, CCTV yang
terpasang di setiap sudut, dan mobil-mobil bagus yang melintas. Saya
melihat payung berukuran raksasa
yang jatuh di tengah bunderan kota. Hal
ini mengingatkanku seperti bunderan Hotel Indonesia.
Cuacanya panas
kira-kira berkisar 35-380 celcius. Setiap wanita membawa payung
untuk berlindung dari sinar matahari yang menyengat. Tapi lebih panas di
Jakarta. Di Shanghai masih ada angin sepoi-sepoi yang sedikit mengurangi
teriknya matahari.
Shanghai
merupakan kota terbesar Republik Rakyat China dan terletak di tepi delta
Changjiang. Kota Shanghai telah menjelma menjadi pusat ekonomi, perdagangan,
finansial dan komunikasi terpenting Cina.
Kunjungan
pertama saya adalah Shanghai World Financial Tower (SWFT), sebuah bangunan
pusat keuangan dunia yang menjulang tinggi. Kami harus mengantri masuk. Gedung Pusat
Keuangan Dunia di Shanghai yang terletak di Pudong New Area berdiri menjulang
dengan tinggi 474 meter berlantai 97. Pengunjung dapat melihat dari atas daerah
di sekitarnya karena gedungnya transparan. Untuk masuk ke gedung ini,
pengunjung dikenakan biaya 150 Yuan setara dengan Rp300 ribu.
Selain itu,
terdapat menara Oriental Pearl atau Menara Mutiara Timur yang merupakan menara
TV tertinggi di Shanghai. Menara ini didesain oleh Jia Huan Chen. Pengerjaannya
dimulai tahun 1991 dan selesai tahun 1995. Menara seperti jarum pentul ini
memiliki ketinggian 468 meter. Pengunjung dikenakan biaya 160 Yuan.
Bangunan unik
yang lain, menara Jin Mao yang tingginya 420 meter. Jin Mao Tower selesai
dibangun pada
tahun 1999 dan meliputi area seluas 2,3 hektar dengan arsitek Adrian D. Smith. Menara pencakar langit ini merupakan gabungan unsur-unsur kebudayaan tradisional China
dengan gaya arsitektur terbaru, yang membuatnya menjadi salah satu bangunan paling anggun yang dibangun di Cina.
Belum rasanya ke Shanghai kalau belum ke Huangpu River Cruise. Anda
akan melihat keindahan Shanghai dari atas kapal cruise. Kapal ini berlantai 3.
Kita melihat pemandangan dari kapal bangunan unik di sepanjang sungai. Huangpu River adalah cabang bagian hilir Sungai Yangtze. Sebelumnya
dikenal sebagai Huangxiepu atau Chunshen
River. Huangpu River Cruise merupakan program wisata tradisional.
Kapal pesiar ini meliputi kapal pesiar pendek (menavigasi wilayah tepi
pantai utama antara Jembatan Yangpu dan Jembatan Nanpu ) dan kapal pesiar
lengkap ( berkelok-kelok ke arah timur di sepanjang jalur air emas, lebih
dari jarak 60 kilometer atau 37 mil). Pelayaran dimulai dari Bund dan pergi
hulu. Menuju selatan, membawa Anda untuk melihat Jembatan Nanpu,
dan kemudian berbalik ke utara untuk
pergi ke Jembatan Yangpu dan akhirnya mencapai Wusong Mulut (Wusongkou). Ketika air pasang terjadi, Anda dapat
melihat pemandangan yang luar biasa dari “Three Waters Mingle Together” - air biru keabu-abuan dari Sungai
Huangpu, berwarna biru air
dari Laut Cina Timur dan air berwarna kuning dengan lumpur dari Sungai Yangtze.
KEBUDAYAAN SHANGHAI
Saya memasuki
Musium Shanghai yang mempunyai 5 lantai. Ada ruang seni kaligrafi China,
Kerajinan suku China, Patung ribuan tahun silam, Keramik China, dan kain-kain
jaman dulu.
Shanghai
merupakan salah satu kota terbesar di China yang menjadi pusat budaya selama
beberapa tahun terakhir ini. Selain itu, sejak diadakannya reformasi dan
politik terbuka terhadap dunia luar pada tahun 1978, ekonomi Shanghai mengalami
perkembangan sangat pesat, dan kembali menjadi pemimpin budaya di China.
Kehidupan warga Shanghai baik dulu maupun sekarang merupakan tema menarik yang
sering dijadikan bahan dalam novel, opera, film, dan sinetron.
Sutradara
terkenal dari Hong Kong, Guan Jinpeng waktu kecil pernah hidup di Shanghai. Ia
telah menyutradarai sejumlah film yang bertema kaum wanita Shanghai, misalnya
film Ruan Lingyu tentang bintang film Shanghai yang terkenal Ruan Lingyu pada
tahun 1930-an, Chang Henge yang mengekspresikan perasaan berliku-liku seorang
wanita Shanghai selama 40 tahun, dan Mawar Merah dan Mawar Putih yang
melukiskan istri dan kekasih dalam mata seorang laki-laki Shanghai.
Kota Shanghai
yang terletak di bagian timur China merupakan sebuah kota yang bersejarah.
Shanghai pertama-tama menjadi tanah konsesi banyak negara Barat pada awal abad
lalu, dan kebudayaan Barat pun mulai memasuki China dari Shanghai, tempat
berkumpulnya banyak pedagang dan petualang dari semua pelosok dunia. Ketika itu,
Shanghai menjadi kota yang penuh dengan tempat hiburan, maka Shanghai juga
dijuluki sebagai "Paris di Timur". Di Shanghai, kebudayaan dan adat
istiadat dari berbagai negara berbenturan dan membentuklah kebudayaan yang
unik. Warga Shanghai terkenal dengan gaya hidup kebarat-baratan, dan tradisinya
yang mengejar trend dan mode diwariskan sampai sekarang.
Naik Apa? Habis Berapa?
Shanghai
kini menjadi salah satu destinasi wisata dunia. Ada dua bandara internasional
di Shanghai, Hongqiao Airport dan Pudong Airport. Bandara Hongqiao berkode SHA
terletak di wilayah barat Shanghai, kira-kira 13 km dari Pusat Kota Shanghai.
Sedangkan Bandara Pudong yang berkode PVG berlokasi di daerah Pudong, 30 km
dari pusat kota Shanghai dan 40 km dari Bandara Hongqiao.
Garuda
Indonesia menyediakan penerbangan langsung Jakarta-Shanghai. Sejumlah maskapai
lain dapat dipilih untuk menuju ke sana. Misalnya, Air Asia yang mendarat dulu
di Malaysia. Tiket satu orang, pulang pergi satu orang bulan September harganya
mulai Rp 3juta-an.
Sarana
transportasi sangat memadai. Cukup naik kereta “Metro” yang mempunyai 11
lintasan, kita bisa mengunjungi tempat-tempat favorit. Mau ke Museum Shanghai kita
naik Metro line 1. Pergi ke Jin Mao Tower kita naik Metro Line 2. Mau ke Yu
Garden kita naik Metro Line 8. Mau kendaraan cepat kita naik Maglev Train.
Kecepatannya 500 km/jam, yang mana keretanya laksana terbang.
Masyarakat
Shanghai menggunakan bahasa Mandarin dan banyak juga yang berbahasa inggris.
Tak perlu khawatir, bawa saja kamus mandarin untuk
memperlancar komunikasi.